UKM Indonesia Meningkatkan keamanan Siber
Study terkini Cisco mengatakan jika UKM di Indonesia rawan terserang penjahat cyber. Datanya itu mengaitkan sekitar 60 % UKM alami perampokan info konsumen setia. Peristiwa ini membuat 80 % UKM rasakan kekuatiran dibanding setahun lalu.
Dalam study dengan judul Cybersecurity for SMBs: Asia Pacific Businesses Prepare for Digital Defense itu mengutarakan walau sering jadi teror, UKM di Indonesia tidak berserah demikian saja. Mereka sekarang lebih aware dengan ambil langkah vital, seperti lakukan latihan replikasi untuk tingkatkan bentuk keamanan cyber mereka.
"Sepanjang 18 bulan akhir, UKM sudah manfaatkan tehnologi supaya bisa masih tetap bekerja dan layani konsumen setia mereka, bahkan juga saat mereka sedang tangani imbas dari wabah. Ini sudah mengakibatkan berlangsungnya pemercepatan digitalisasi UKM di semua Indonesia," kata Direktur Cisco Indonesia, Marina Kacaribu dalam penjelasannya.
Trick Menyelusup
Adapun study ini mendapati banyak langkah yang dipakai penjahat cyber untuk menyelusup ke mekanisme UKM. Gempuran malware menempati angka paling tinggi bersama phishing dengan 81 % UKM pernah jadi korban gempuran sistem itu.
Lalu, 81 % UKM mengatakan mereka pernah merasakan gempuran cyber sepanjang satu tahun terakhir. 29 % UKM di Indonesia yang alami gempuran cyber itu menyebutkan gempuran muncul karena jalan keluar keamanan cyber dipandang tidak mencukupi untuk mengetahui atau menahan gempuran, dan argumen yang lain ialah tidak mempunyai jalan keluar keamanan cyber.
Karenanya, 84 % UKM Indonesia di dalam 12 bulan akhir sudah lakukan rencana skenario atau replikasi untuk waspada kejadian keamanan cyber. Adapun 92 informan yang sudah lakukan rencana skenario atau replikasi bisa mendapati titik kurang kuat atau permasalahan dalam pertahanan cyber mereka.
UKM makin pahami darimanakah hadirnya teror cyber paling besar mereka. Study ini memperlihatkan phishing dipandnag sebagai teror khusus UKM di Indonesia, baru diikuti gempuran tertarget dan netbook yang tidak aman.
Bukan hanya itu, UKM sudah mempunyai tingkat investasi yang kuat dalam keamanan cyber. Study memperlihatkan 74 % UKM Indonesia sudah tingkatkan investasi mereka dalam jalan keluar keamanan cyber semenjak awalnya wabah, dengan 38 % salah satunya memperlihatkan kenaikan lebih dari 5 %.
Disamping itu, UKM ikut tingkatkan investasi mereka di beberapa sektor seperti alat rekonsilasi atau pengawasan, bakat, dan asuransi. Ini memperlihatkan pengetahuan yang kuat mengenai pentingnya pendekatan multi-faceted dan terpadu untuk membuat fondasi cyber yang kuat.